Widiatmika School



Tue, 05 Oct 2021

Saat Anak-anak dan Guru kembali Bernyanyi Bersama di PAUD Widiatmika


Penantian itu akhirnya menemukan titik terangnya. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Widiatmika kini kembali dihuni oleh keceriaan anak-anak dan guru yang bisa kembali bertatap muka di sekolah, suatu hal yang hilang selama 1,5 tahun terakhir.

 

“Dari Dinas Pendidikan Badung pukul gongnya tanggal 1 Oktober lalu,” kata Ni Made Budiadnyani, S.Pd., yang akrab disapa Budi, Kepala PAUD Widiatmika, Senin (4/10/2021).

 

Kembalinya pembelajaran tatap muka diterapkan pemerintah di banyak wilayah di Indonesia seiring dengan menurunnya kasus Covid-19 selama sebulan terakhir ini. Tak terkecuali di Badung, kabupaten tempat PAUD Widiatmika berada. Budi menyampaikan, persiapan sekolah tatap muka bahkan telah dilakukan sejak bulan lalu. Segala keperluan penunjang protokol kesehatan dipersiapkan sebaik mungkin untuk menyambut anak-anak.

 

“Yayasan Widiatmika sangat mendukung. Dua minggu sekali, kami pasti rapat. Yayasan selalu mengevaluasi proses pembelajaran dan persiapannya,” ujarnya.

 

 

“Apa pun yang kami butuhkan untuk pelaksanaan PTM (pembelajaran tatap muka), silakan dipenuhi semuanya dengan baik, agar pelayanan kepada anak-anak seluruhnya sudah benar. Apa yang dibutuhkan, silakan diatur melalui kepala sekolah,” Budi melanjutkan.

 

PAUD Widiatmika pun telah melakukan simulasi kurang lebih sebulan, dengan mengizinkan anak-anak untuk datang ke sekolah sebanyak dua kali dalam seminggu, dan menikmati pertemuan saatu itu dalam waktu satu jam. Sekolah juga telah meminta persetujuan para orangtua murid agar anak-anak diperbolehkan ke sekolah. Ternyata, para orangtua juga berharap hal yang sama.

 

“Kami memohon kerja sama ke orangtua, kalau anak dalam kondisi batuk, pilek, atau panas, kami tidak izinkan sekolah. Kami juga buatkan model buku perjalanan anak yang kami bagikan ke orangtua. Mereka wajib mengisi setiap harinya, anak-anak diajak ke mana saja,” ucap Budi.

 

“Jadi, kami bisa tahu riwayat perjalanan anak. Misalnya, Andin ikut papa ke rumah nenek. Jadi, kalau ada yang sakit, kami tahu dari mana. Kami minta ke orang tua jangan terlalu banyak ajak anak ke manamana bila tidak mendesak. Dan orangtua rupanya mendukung sekali,” ungkapnya.

 

Kegembiraan di PAUD Widiatmika kini berlangsung setiap hari, dari Senin hingga Jumat, setiap minggunya. Di sekolah, anak-anak menghabiskan waktu 1,5 jam. Namun demikian, anak-anak belum diperbolehkan bermain dengan bebas bersama teman sebayanya. Bagaimana pun, protokol kesehatan tetap harus diperhatikan. Di kelas, hanya boleh ada lima meja. Setiap anak mendapatkan satu meja. Oleh karenanya, prioritas kegiatan di sekolah berkisar pada enam aspek pengembangan anak, misalnya materi-materi soal moral, bahasa, dan kesenian.

 

Budi berujar, waktu 1,5 jam yang dihabiskan anak-anak di PAUD Widiatmika sebetulnya hanya separuh dari durasi sebelum pandemi Covid-19 melanda. Meski begitu, waktu 1,5 jam ini pun dinilai sangat berharga.

 

 

“Kami melihat, PTM sangat penting, apalagi untuk PAUD. Secanggih apa pun teknologi, seberapa pun sering belajar daring yang kita lakukan, seberapa pun kreatif tutorial para guru, itu tidak maksimal dibandingkan dengan mereka menyentuh atau melihat benda nyata. PTM itu sangat penting untuk PAUD,” Budi menjelaskan.

 

“Walaupun anak-anak ini belum boleh bermain, kami punya media belajar yang menyenangkan bagi anak-anak. Misalnya, ada mainan cookies dengan cokelatnya untuk mengenalkan konsep angka,” tambahnya.

 

Waktu 1,5 jam ini bukan hanya berharga bagi anak-anak maupun para orangtua, melainkan juga untuk guru-guru. Masa-masa ini sudah sangat mereka nantikan sejak lama. Kembali bertemu dengan anakanak dan keceriaan mereka merupakan suntikan energi yang dahsyat.

 

“Perasaan guru? Luar biasa. Lebih semangat? Itu sudah pasti. Dari dulu, saat masih pembelajaran daring, kami sudah rindu mengajar anak-anak. Antara kami saling mengatakan, kapan, ya, kita bisa bertemu dengan anak-anak lagi? Ini adalah perbedaan yang luar biasa. Saat pembelajaran daring, kami merasa tidak bisa memberikan yang maksimal kepada anak-anak,” tutur Budi.

 

“Perbedaannya luar biasa. Ketika kami mengajarkan langsung, melibatkan perasaan, gestur, dan ucapan, itu akan sangat berdampak bagi anak-anak. Mereka akan sangat menyerap pembelajaran itu. Anak itu belajar dengan melihat, meniru, mendengar langsung. Dengan begitu, guru merasa bisa memberikan yang maksimal kepada anak-anak,” imbuhnya.

 

PAUD Widiatmika juga memastikan bahwa guru-guru dan semua tenaga kependidikan telah menerima vaksin Covid-19 dosis lengkap. Bahkan bisa dibilang di Kecamatan Kuta Selatan, seluruh jajaran guru dan pegawai di Yayasan Widiatmika yang membangkitkan semangat guru-guru di sekolah lain agar mau divaksin.


BROSUR & FORMULIR PENDAFTARAN


  • PAUD/Kindergarden Widiatmika

  • SD/Elementary Widiatmika

  • SMP/Junior Widiatmika

  • SMA/Senior Widiatmika

  • SMK/Vocational Widiatmika