Mon, 04 Aug 2025
JIMBARAN - Setelah melewati proses verifikasi kurikulum dengan nilai sempurna, SD Widiatmika kini berfokus pada pelaksanaan pembelajaran yang lebih terarah dan menyentuh kebutuhan siswa. Tahun ajaran 2025/2026 dibuka dengan semangat baru: membawa kurikulum dari atas kertas ke dalam ruang kelas secara nyata dan bermakna.
I Kayan Gung Aprilia, S.Pd., M.Pd., Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SD Widiatmika, menegaskan bahwa implementasi kurikulum dilakukan bukan sebagai rutinitas administratif, tetapi sebagai langkah reflektif yang lahir dari evaluasi menyeluruh tahun sebelumnya.
“Evaluasi yang kami lakukan langsung kami jadikan pijakan. Tujuannya agar pembelajaran tahun ini bisa lebih dalam dan menyentuh kebutuhan siswa,” ujarnya.
Salah satu penyempurnaan yang menonjol adalah penyesuaian profil lulusan. Jika sebelumnya hanya terdapat enam dimensi dalam Profil Pelajar Pancasila, kini bertambah dua: kewargaan dan kesehatan. Delapan dimensi ini menjadi panduan dalam merancang aktivitas belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
SD Widiatmika juga menerapkan pendekatan pembelajaran mendalam atau deep learning. Capaian materi yang bersifat kuantitatif kini disederhanakan agar siswa bisa lebih fokus pada pemahaman konsep. Di awal semester, guru melaksanakan penilaian diagnostik secara kognitif dan non-kognitif. Hasilnya digunakan sebagai dasar dalam menyusun pengalaman belajar yang relevan dengan karakter dan kebutuhan tiap siswa.
“Pembelajaran tidak bisa disamakan untuk semua anak. Kami mulai dari melihat dulu apa yang mereka butuhkan, lalu merancang aktivitas yang sesuai,” jelas Gung Aprilia.
Untuk mendukung pendekatan ini, sekolah mulai menerapkan sistem blok hari Jumat. Proyek kurikuler yang sebelumnya tersebar di tiga hari, kini difokuskan dalam satu hari penuh agar siswa dapat menyelesaikan tugas dengan lebih utuh dan tidak terbagi secara ritme.
Selain itu, beberapa ruang kelas telah dilengkapi televisi sebagai media bantu visual. Guru dapat menayangkan video pembelajaran atau materi kontekstual yang mendukung pemahaman siswa secara langsung.
“Anak-anak tidak lagi hanya membayangkan. Mereka bisa melihat langsung bentuk, gerak, atau proses dari topik yang dipelajari,” ungkapnya.
Salah satu kebiasaan baru yang mulai diterapkan adalah penggunaan sandal di dalam kelas. Langkah ini bukan sekadar soal kenyamanan, tetapi bagian dari pembiasaan disiplin dan keteraturan yang tetap ramah anak. Di luar kelas, siswa tetap menggunakan sepatu seperti biasa.
Gung Aprilia menambahkan bahwa seluruh proses pembelajaran tetap terintegrasi dengan sistem pelaporan nasional melalui platform PMM dan ruang GTK. Sekolah tidak hanya menjalankan kurikulum dengan struktur baru, tetapi juga mengikuti alur monitoring dan evaluasi yang ditetapkan pemerintah.
Dengan arah baru ini, SD Widiatmika berkomitmen menghadirkan pembelajaran yang lebih kontekstual, menyenangkan, dan relevan dengan perkembangan zaman. Pembelajaran tidak hanya soal menyampaikan materi, tetapi juga menciptakan ruang bagi anak untuk tumbuh dengan rasa ingin tahu, rasa aman, dan rasa percaya diri.
___