Widiatmika School



Wed, 31 Aug 2022

Guru BK SMP Widiatmika Kampanyekan Gerakan Program Anti Kekerasan Seksual


JIMBARAN - Guru Bimbingan Konseling SMP Widiatmika, Ni Luh Anik Suryani menjadi salah satu pembicara dalam Workshop Pencegahan Perundungan, Kekerasan Seksual dan Intoleransi Jenjang SMP Tahun 2022. Workshop ini mengacu pada Peraturan Menteri Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan.

 

Kegiatan yang digelar pada 22 - 24 Agustus 2022 di Hotel Aston Denpasar ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kemenristekdikti.

 

Anik Suryani mengatakan sejatinya ada tiga dosa dalam dunia pendidikan yakni perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi. Ketiga hal tersebut merupakan hal yang berbeda dan harus ada program masing-masing untuk menanggulangi hal ini.

 

Saat ini, SMP Widiatmika sudah memiliki program anti perundungan.

 

"Kami memiliki program bernama Sweb atau SMP Widiatmika Bebas Bullying," katanya.

 

Sementara itu, untuk program anti kekerasan seksual saat ini tengah dikerjakan. Saat pelaksanaan workshop dan sesudahnya pihaknya pun langsung menggeber program ini.

 

"Untuk program kekerasan seksual langsung buat saat pelatihan, nanti disampaikan dulu ke bapak kepala sekolah," imbuhnya.

 

Program tersebut meliputi langkah pencegahan dan penanggulangan. Untuk pencegahan dilakukan dengan sosialisasi kepada warga sekolah khususnya guru yang nantinya akan mendampingi siswa.

 

Anik menyebut bahwa kekerasan seksual bukan hanya persoalan kontak fisik semata namun juga terjadi di dunia maya. Ia mencontohkan kejadian tersebarnya foto-foto yang tidak patut di media sosial juga bisa berpotensi menyebabkan terjadinya kekerasan seksual.

 

"Misal ada siswa yang berkenalan lewat media sosial. Setelah akrab kenalan itu meminta foto yang tidak senonoh, itu salah satu contoh kekerasan seksual. Apalagi sampai disebarluaskan," katanya.

 

Terlebih lagi, fase masa SMP adalah fase dimana siswa sedang memasuki masa pubertas yang sangat rawan menjadi korban kekerasan seksual. Siswa harus memahami sejauh mana batas kewajaran dalam pergaluan agar tak sampai kebablasan.

 

"Materi yang didapat dari narasumber saat workshop itu yang disosialisasikan ke warga sekolah," katanya.

 

Ia pun mengatakan, program ini akan dilaksanakan secepatnya. 

 

___

Baca berita lainnya di sini


BROSUR & FORMULIR PENDAFTARAN


  • PAUD/Kindergarden Widiatmika

  • SD/Elementary Widiatmika

  • SMP/Junior Widiatmika

  • SMA/Senior Widiatmika

  • SMK/Vocational Widiatmika