Mon, 10 Mar 2025
JIMBARAN – Di tengah maraknya permainan modern, SMP Widiatmika terus berkomitmen melestarikan budaya Bali. Salah satu wujud nyata upaya tersebut adalah penyelenggaraan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) bertema Kearifan Lokal, yang tahun ini menghadirkan perlombaan permainan tradisional Megala-gala. Selain menjaga warisan budaya, kegiatan ini juga mempererat kebersamaan siswa dan menjadi hiburan edukatif yang menyenangkan di akhir pekan.
Perlombaan Megala-gala berlangsung selama dua hari, 21 dan 28 Februari 2025, dengan melibatkan seluruh siswa kelas VII yang terbagi dalam 10 tim. Setiap tim diberi nama unik dengan istilah dalam bahasa Bali, seperti Bojog Joget, Jaran Mekecos, Yuyu Matah, dan Cacing Panas, yang semakin menambah keseruan kompetisi.
Koordinator Tim Fasilitator P5 Kearifan Lokal SMP Widiatmika, I Putu Agus Ariangga Iswara, menjelaskan bahwa permainan Megala-gala dipilih karena sifatnya yang kompetitif serta menekankan kerja sama tim. Selain menghibur, permainan ini juga bermanfaat bagi kesehatan jasmani karena melibatkan aktivitas fisik.
"Megala-gala adalah permainan rintangan tradisional Bali di mana satu tim (penyerang) harus melewati barisan pertahanan tim lain (penjaga) tanpa tersentuh. Dinamika permainan ini sangat seru dan membutuhkan strategi yang matang, sehingga cocok untuk dikompetisikan," ujar Ariangga.
Semangat para siswa dalam mengikuti perlombaan ini begitu tinggi. Sejak awal, mereka antusias menyusun strategi dan memilih anggota tim dengan penuh perhitungan. Bahkan siswa yang sebelumnya belum familiar dengan Megala-gala dengan cepat mempelajari aturan dan teknik permainannya.
"Siswa SMP Widiatmika menunjukkan jiwa kompetitif yang tinggi. Ada atau tidak ada hadiah, mereka tetap bersemangat bermain dengan penuh antusiasme. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya mengejar kemenangan, tetapi juga menikmati prosesnya," tambah Ariangga.
Lomba Megala-gala menggunakan sistem gugur, seperti turnamen sepak bola. Kompetisi berlangsung mulai dari babak penyisihan, semifinal, hingga final, yang seluruhnya digelar di lapangan basket SMP Widiatmika. Setelah melalui pertandingan sengit, tim Cacing Panas keluar sebagai juara pertama, diikuti oleh tim Jaran Mekecos di posisi kedua dan Yuyu Matah di peringkat ketiga.
Ariangga berharap lomba ini dapat memberikan manfaat luas bagi siswa, baik dalam hal kebugaran jasmani, penguatan kerja sama tim, maupun pembentukan karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
"Lewat permainan ini, siswa tidak hanya belajar bekerja sama dan menyusun strategi, tetapi juga menumbuhkan jiwa sportivitas. Selain itu, perlombaan ini menjadi sarana hiburan yang menyenangkan di akhir pekan, sehingga mereka bisa kembali ke kegiatan belajar dengan lebih segar," tutupnya.
Dengan terselenggaranya lomba Megala-gala, SMP Widiatmika kembali membuktikan bahwa kearifan lokal dapat tetap lestari di tengah modernisasi, sekaligus menjadi bagian dari proses pembelajaran yang menyenangkan bagi generasi muda.
___