Wed, 24 Jan 2018
Liburan semester pertama telah berakhir. Pada umumnya, siswa akan merasa enggan untuk jumpa sejumlah pelajaran di kelas karena dipenuhi oleh bayang-bayang liburan. Namun, pikirian itu tidak muncul di benak siswa kelas VIII SMP Widiatmika. Semangat kami malah berkobar menuju ke sekolah, tak sabar menunggu hari dimana kami belajar dengan metode baru: Outing Class 2018. Kegiatan ini bertemakan "Melalui Karya Wisata Pendidikan SMP Widiatmika, Kita Tingkatkan Pengalaman Belajar Siswa serta Pengetahuan Sejarah Budaya Indonesia". Kami mengunjungi pulau seberang, yaitu Pulau Jawa dengan destinasi wisata di Kota Surabaya dan Malang. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari mulai tanggal 11 hingga 14 Januari 2018.
Hari pertama, pagi buta pukul 04:00 WITA kami telah berkumpul di depan gerbang sekolah. Mata yang mengantuk ditambah minimnya cahaya membuat kami hanya mampu meraba-raba dalam gelap gulita. Untungnya, antusias kami mengikuti kegiatan ini mengalahkan itu semua. Layaknya pasukan semut, kami kemudian diarahkan menuju aula untuk didata oleh Pak Suadnyana. Satu per satu siswa kemudian datang dan kami genap pada pukul 04:30. Selanjutnya, kami menuju bus masing-masing dan segera menuju Bandara I Gusti Ngurah Rai.
Kemudian masing-masing dari kami diberikan tiket penerbangan. Sejumlah dari kami yang belum pernah melakukan perjalanan udara melakukan hal yang unik dan lucu sehingga kami tertawa terpingkal-pingkal. Selanjutnya, pengecekanpun dilakukan agar semuanya berjalan aman tanpa halangan. Namun tiba-tiba, kepanikan terjadi karena salah satu dari kami kehilangan tiket pesawat. Untungnya semua berjalan lancar hingga tepat pukul 06:30 kami mulai terbang bersama.
Hanya satu setengah jam perjalanan kami telah sampai di Bandar Udara Juanda. Anehnya seluruh penunjuk waktu menampilkan pukul 07:00. Hal ini disebabkan karena perbedaan waktu satu jam dari Waktu Indonesia Tengah (WITA) dan Waktu Indonesia Barat (WIB). Beberapa dari kami mabuk udara dan ingin bergegas keluar dari pesawat untuk menghirup udara bebas. Kami menuju tempat pengambilan bagasi kemudian perjalanan darat pun dimulai. Kami tertidur di dalam bus.
Kami dibangunkan oleh suara dari mikrofon. Pemandangan di luar bus yang saya lihat pada saat itu adalah toko permata yang aksesorisnya terbuat dari kulit. Langkah kaki kami berjalan dengan tertib. Rasa penasaran yang tinggi akan keindahan barang kerajinan tersebut membuat kami bertanya kepada sejumlah pedagang layaknya reporter media massa.
Tak terasa matahari semakin tinggi dan perut-perut kami seketika berontak. Kami kemudian menuju sebuah restorat terdekat. Perut kenyang, hati senang, namun sang lelah juga ingin dipinang. Kami beristirahat di Hotel Batu Pardise yang merupakan salah satu hotel terbesar di daerah Batu, Malang. Kamar dibagi sesuai dengan kelompok yang telah ditentukan. Saat itu, dingin terasa menusuk kulit. Kami kemudian terbagi menjadi dua kubu, yang pertama terbaring di pulau kapuk, kubu berikutnya memilih kolam renang sebagai penghilang rasa lelah. Sore itu, kegiatan dibebaskan.
Senja menjelang, destinasi selanjutnya adalah Batu Night Spectacular. Tentu energi kami siapkan dengan makan malam terlebih dahulu. Kami berpencar menuju wahana bermain yang diinginkan, dan tentu menantang. Satu per satu dari kami menunjukkan ekspresi yang unik. Takut, gelisah, penasaran, bingung, bahkan ada yang hampir menangis. Namun semuanya tertutupi dengan kebahagiaan oleh permainan-permainan yang menyenangkan.
Tak sadar, di langit, bulan telah berganti peran dengan matahari. Pagi itu kami menuju wisata edukasi agrobisnis apel. Riang hati kami diizinkan untuk memetik buah Apel Malang sepuasnya. Setelah makan siang, kami menuju Museum Angkut. Mendengar kata "museum" saja awalnya kami merasa enggan. Namun ternyata, museum ini sangat berbeda dari apa yang dibayangkan.
"Terasa seperti berkeliling dunia", kata seorang kawan.
Puas melihat aneka ragam transportasi yang dulu hingga kini yang pernah ada di seluruh dunia, kami lanjutkan dengan makan malam. Kegiatan malam itu dibebaskan. Kami terbagi lagi menjadi dua kubu. Yang pertama memilih untuk berbelanja di pusat perbelanjaan, kubu kedua memilih untuk memacu adrenalin sambil merem-melek untuk menonton film "Insidious: The Last Key".
Tidak seperti hari-hari sebelumnya, pagi ini, Sabtu 13 Januari 2018 perasaan kami sedikit bersedih. Bagaimana tidak, kami harus mengemas seluruh perlengkapan liburan dan meninggalkan hotel. Tapi ini adalah liburan terakhir. Kami harus habiskan setiap detik untuk kegiatan-kegiatan tak terlupakan. Tujuan pertama pagi itu adalah JaTim Park II. Beraneka ragam satwa terdapat di sana. Beberapa diantaranya kami belum pernah lihat sama sekali makhluk jenis apakah itu. Puas melihat satwa, perjalanan dilanjutkan menuju Candi Singosari. Terasa de ja vu ketika kami mengelilingi tempat bersejarah tersebut.
Perjalanan dilanjutkan. Tujuh jam perjalanan menuju Pelabuhan Ketapang tentu akan sangat melelahkan. Kami singgah sebentar di Probolinggo untuk istirahat makan. Tepat tengah malam, kami sampai di pelabuhan. Mata kami masih meraba-raba sembari angin kencang yang bertiup menampar untuk membangunkan kami pelan-pelan. Beberapa dari kami memilih berkeliling melihat pemandangan gelap gulita, sementara sisanya tertidur lelap. Kami sampai di Pelabuhan Gilimanuk. Setelah empat jam perjalanan, sekolah tercinta terlihat di depan mata. Meski ada sedikit perasaan sedih karena liburan telah usai, pengalaman luar biasa tersebut tak akan kami lupakan.
Penulis: Adinda Laksmi